Semarang, FAKTIVA.TV — Hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Semarang sejak Selasa (21/10/2025) sore kembali memunculkan persoalan klasik di kawasan timur. Sejumlah ruas jalan di Kecamatan Genuk, terutama jalur utama penghubung Demak–Semarang, tergenang air dengan ketinggian bervariasi, menyebabkan arus lalu lintas tersendat parah hingga berjam-jam.
Pantauan di lapangan pada Rabu (22/10/2025) pagi menunjukkan, genangan masih tampak di kawasan Jalan Padi Raya, Jalan Kaligawe, dan sekitarnya. Kendaraan roda dua tampak berusaha menerobos genangan, sementara sebagian pengendara memilih berhenti karena mesin motornya mogok. Kendaraan besar seperti truk dan bus berjalan perlahan, menambah panjang antrean di kedua arah.
Bagi warga yang setiap hari melintas dari Demak menuju Semarang, kondisi ini bukan hal baru. vano (27), seorang pekerja pabrik asal sayung, Demak, mengaku sudah terbiasa menghadapi genangan setiap musim hujan tiba. Namun hujan kali ini membuat perjalanannya jauh lebih lama dari biasanya.
“Biasanya cuma 30 menit sampai pabrik, sekarang dua jam lebih. Saya berangkat pagi-pagi tapi tetap telat karena jalannya tergenang. Tadi sampai muter lewat jalur alternatif,” keluh Rudi saat ditemui di sekitar Jalan Padi Raya.
Hujan dengan intensitas tinggi yang turun sejak sore hingga malam hari membuat debit air meningkat cepat. Drainase di kawasan industri Genuk yang tidak mampu menampung volume air besar menjadi salah satu penyebab utama genangan meluas ke badan jalan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Endro Pudyo Martanto, menjelaskan bahwa tim tanggap darurat telah diterjunkan ke sejumlah lokasi untuk menangani dampak hujan deras.
“Petugas sudah kami kerahkan sejak semalam. Kondisinya sekarang mulai surut, tidak setinggi tadi malam,” ujarnya.
Menurut Endro, genangan di beberapa titik mencapai ketinggian antara 10 hingga 40 sentimeter. Selain di wilayah Genuk, air juga sempat menggenangi sebagian permukiman warga di sekitar bantaran sungai dan jalan-jalan sekunder yang terhubung ke Kaligawe. BPBD telah melakukan kaji cepat dan penanganan darurat, termasuk membantu warga yang kendaraannya mogok di jalan.
Endro menambahkan, hujan dengan curah tinggi yang terjadi secara terus-menerus perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan bencana lain.
“Kami imbau masyarakat agar tetap waspada. Tidak hanya banjir, tapi juga potensi longsor dan puting beliung bisa terjadi sewaktu-waktu,” terangnya.
Warga berharap pemerintah kota dapat melakukan langkah permanen untuk mengatasi persoalan banjir genangan yang kerap terjadi setiap tahun di kawasan ini. Banyak warga menilai sistem drainase dan saluran air di sekitar Kaligawe dan Genuk sudah tidak mampu lagi menampung aliran air hujan dari daerah sekitar.
“Setiap hujan lebat, pasti tergenang. Sudah bertahun-tahun begini, belum ada perubahan berarti,” ujar Suparmin, warga setempat.
Hingga siang hari, air di beberapa titik mulai berangsur surut, namun arus lalu lintas dari Demak menuju Semarang masih berjalan lambat. Petugas gabungan dari kepolisian dan BPBD tetap berjaga di lokasi untuk mengatur kendaraan serta memantau kemungkinan genangan susulan jika hujan kembali turun.
Fenomena genangan di Genuk dan Kaligawe menjadi pengingat bahwa persoalan banjir di Kota Semarang belum sepenuhnya terselesaikan. Warga berharap, peringatan musim hujan tahun ini menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk menyiapkan strategi penanganan yang lebih sistematis — bukan hanya tanggap darurat, tapi juga solusi jangka panjang yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

