Jakarta, FAKTIVA.TV – Langkah Kejaksaan Agung dalam mengusut kasus besar dugaan korupsi pengelolaan minyak mentah Pertamina memasuki babak baru. Nama Mohammad Riza Chalid (MRC)—pengusaha yang kerap dijuluki “raja minyak”—kini tak hanya masuk daftar tersangka, tapi juga mulai kehilangan satu per satu aset berharganya.
Dalam rentang waktu Agustus hingga Oktober 2025, tim penyidik Jampidsus Kejagung bergerak cepat menyisir harta kekayaan Riza dan keluarganya. Dari uang tunai hingga kendaraan mewah, dari Depok sampai kawasan elit Jakarta Selatan, satu per satu harta itu kini resmi disegel negara.
Gelombang pertama penyitaan dimulai pada 5 Agustus 2025. Malam itu, tim penyidik mendatangi rumah Riza di Tegal Parang, Jakarta Selatan. Di sana, mereka menemukan deretan mobil berkelas—Toyota Alphard, Mini Cooper, dan tiga unit Mercedes-Benz—yang langsung diamankan bersama sejumlah uang tunai dalam berbagai mata uang.
Hanya berselang beberapa hari, penyidik kembali bergerak. 14 Agustus 2025, giliran garasi di wilayah Bekasi yang menjadi sasaran. Di lokasi berbeda, ditemukan BMW 528 putih, Toyota Rush, dan dua Mitsubishi Pajero Sport. Semua kendaraan itu diduga hasil aliran dana korupsi dari proyek tata kelola minyak di tubuh Pertamina.
Babak ketiga terjadi 18 Oktober 2025. Kejagung menyita sebidang tanah seluas 557 meter persegi lengkap dengan bangunan di kawasan Jalan Hang Lekir XI, Kebayoran Baru. Aset atas nama Kanesa Ilona Riza, putri Riza Chalid, itu kini turut masuk dalam daftar sitaan.
“Tanah dan bangunan tersebut diduga merupakan hasil atau sarana tindak pidana atas nama tersangka MRC,” jelas Kapuspenkum Kejagung, Anang Supriatna, dalam keterangannya.
Seluruh barang sitaan itu bukan sekadar disita untuk menghukum, tetapi menjadi bagian dari upaya negara menelusuri jejak tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang diduga melibatkan jaringan luas Riza Chalid.
Kejagung menilai, praktik korupsi di balik tata kelola minyak mentah dan produk kilang Pertamina periode 2012–2023 melibatkan banyak pihak. Selain Riza, delapan tersangka lain telah ditetapkan—mulai dari jajaran Vice President hingga Direktur di tubuh Pertamina, serta sejumlah penghubung dari perusahaan mitra luar seperti PT Trafigura dan PT Mahameru Kencana Abadi.
Sejak 19 Agustus 2025, Riza Chalid resmi berstatus buronan (DPO). Ia tidak pernah memenuhi tiga kali panggilan pemeriksaan dari penyidik. Meski begitu, Kejagung menegaskan pengejaran terhadapnya terus berjalan, termasuk pembekuan dan pelacakan aset di dalam maupun luar negeri.
