Solo, FAKTIVA.TV – Harga bawang merah di sejumlah pasar tradisional di Kota Solo terus merangkak naik hingga menembus Rp50.000 per kilogram. Sementara itu, harga komoditas pangan lain seperti gula pasir, beras, dan telur ayam ras terpantau relatif stabil.
Pantauan di Pasar Harjodaksino dan Pasar Nusukan pada Rabu (13/8/2025) menunjukkan, harga bawang merah atau brambang kini berada di kisaran Rp50.000 per kilogram, naik Rp10.000 dari harga sebelumnya Rp40.000 per kilogram.
Anang, pedagang di Pasar Nusukan, menyebut kenaikan ini sudah terjadi sejak sekitar tiga pekan lalu.
“Hari ini brambang naik banyak, Rp50.000 per kilo. Sudah sekitar tiga minggu ini naik,” ujarnya.
Meski bawang merah melonjak, harga komoditas lain relatif stabil. Di Pasar Nusukan, beras rata-rata dijual Rp14.500 per kg, gula pasir Rp18.000 per kg, minyak goreng curah Rp16.500 per kg, Minyakita Rp17.000 per liter, telur ayam ras Rp26.000 per kg, bawang putih Rp30.000 per kg, dan cabai rawit merah Rp28.000 per kg.
Kondisi serupa terjadi di Pasar Harjodaksino. Pedagang setempat, Sri Yoto, mengatakan harga bawang merah di kiosnya juga sudah menyentuh Rp50.000 per kg. Adapun harga beras rata-rata Rp14.500 per kg, gula pasir Rp16.500 per kg, minyak goreng curah Rp20.000 per kg, Minyakita Rp18.000 per liter, telur ayam ras Rp25.500 per kg, bawang putih Rp33.000 per kg, dan cabai rawit merah Rp28.000 per kg.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Mekar Jaya Desa Klampok, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Hadi Sutomo, mengungkapkan bahwa produksi bawang merah tengah menurun sehingga harga mengalami kenaikan.
“Saat ini di Brebes harga bawang merah kualitas A sudah Rp40.000–Rp50.000 per kg. Untuk kualitas terendah sekitar Rp35.000 per kg,” ujarnya.
Brebes hingga kini masih menjadi penopang utama produksi bawang merah nasional, sementara sentra lainnya seperti Bima dan Sulawesi berperan sebagai pendukung.
Hadi yang juga Penasihat Asosiasi Perbenihan Nasional (Perbenindo) mencatat, produksi bawang merah nasional telah meningkat dibanding 15 tahun lalu. Pada 2010 produksi hanya sekitar 1 juta ton, sementara pada 2025 ini sudah mencapai 2 juta ton.