Semarang, FAKTIVA.TV – Perpindahan sejumlah mantan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Solo ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memantik sorotan dari akademisi Universitas Diponegoro (Undip). Pakar politik FISIP Undip, Wahid Abdulrahman, menilai fenomena ini menjadi bukti bahwa pengaruh politik Joko Widodo (Jokowi) masih memiliki daya cengkeram yang kuat, khususnya di Kota Solo.
Menurut Wahid, migrasi kader antarpartai bukanlah hal baru di panggung politik nasional. Fenomena tersebut merefleksikan tantangan besar yang dihadapi partai politik dalam menjaga soliditas internal sekaligus proses kaderisasi yang berkelanjutan.
“Selain orientasi elektoral, perpindahan kader juga sering dipicu lemahnya ideologi partai. Di Solo, PSI menjadi pilihan menarik bagi eks kader PDIP karena faktor mantan Presiden Jokowi yang tetap menjadi episentrum politik,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).
Wahid mencontohkan lonjakan suara PSI pada Pemilu 2024 yang bahkan melampaui PDIP di Solo. Ia juga menyoroti faktor internal PDIP Solo, termasuk proses regenerasi kepemimpinan yang dinilai belum optimal, serta lamanya masa kepemimpinan Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo.
“PDIP masih partai yang solid dan kuat. Namun, ada kader yang merasa tidak mendapat ruang, sementara kaderisasi di daerah belum sepenuhnya mengakomodasi potensi tersebut,” ungkapnya.
Meski demikian, Wahid menegaskan PDIP adalah partai berpengalaman yang pernah bertahan 10 tahun di luar pemerintahan sebelum bangkit kembali. Ia meyakini lima tahun ke depan PDIP akan memperkuat konsolidasi internal, meskipun hasilnya mungkin tidak instan.
Akademisi yang juga spesialis studi partai politik dan perilaku pemilih ini menambahkan, fenomena serupa dapat terjadi di partai lain di Indonesia karena lemahnya perbedaan ideologi. “Di luar negeri, ideologi partai yang kuat membuat perpindahan kader jarang terjadi. Di Indonesia, ideologi yang kabur membuat kader lebih mudah berpindah,” tegasnya.
Terkait prospek PSI di Solo pasca-bergabungnya sejumlah eks kader PDIP, Wahid melihat peluang cukup besar menuju Pemilu 2029. Ada empat faktor yang memperkuat posisi PSI, yaitu pengaruh Jokowi yang masih kuat, dinamika politik lokal yang menguntungkan, perubahan karakter pemilih, serta jaringan politik keluarga Jokowi yang telah terkonsolidasi.
“Empat faktor ini membuat PSI punya prospek bagus di Solo. Namun, untuk Jawa Tengah secara keseluruhan, jaraknya masih cukup jauh,” jelasnya.
Sebelumnya, tiga mantan kader PDIP, yakni Ginda Ferachtriawan, Dyah Retno Pratiwi, dan Wawanto—yang juga mantan anggota DPRD Solo—resmi bergabung dengan PSI. Ketua DPW PSI Jawa Tengah, Antonius Yogo Prabowo, menyebut Ginda masuk sebelum kongres, sementara dua nama lainnya bergabung pada Jumat pekan lalu.

