FAKTIVA.TV- Industri batu bara nasional tengah menghadapi tekanan ganda yang memaksa perusahaan-perusahaan melakukan efisiensi besar-besaran. Di satu sisi, harga batu bara global terus melemah, sementara di sisi lain, biaya operasional justru melonjak tajam.
Pengusaha batu bara saat ini dipaksa untuk memutar otak agar tetap menjaga profitabilitas di tengah kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Hendra, salah satu analis pasar, menjelaskan bahwa emiten-emiten batu bara saat ini cenderung berfokus pada optimalisasi produksi sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), sambil menekan pengeluaran operasional guna mempertahankan arus kas dan margin laba.
“Sejauh ini perusahaan-perusahaan emiten fokus untuk memaksimalkan produksi sesuai RKAB dan melakukan efisiensi untuk menjaga arus kas dan profit margin karena harga turun dan biaya operasional meningkat,” ujar Hendra.
Selain tekanan internal, industri batu bara juga menghadapi tantangan dari luar negeri, terutama menurunnya permintaan dari China sebagai salah satu pasar utama ekspor batu bara Indonesia. Hal ini menjadi sinyal peringatan serius bagi pelaku industri yang sangat bergantung pada ekspor.
Meski situasi tidak menguntungkan, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) menyatakan tetap konsisten menjalankan rencana kerja tanpa merevisi target produksi maupun penjualan untuk tahun 2025. Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menegaskan bahwa perusahaan masih menargetkan produksi sebesar 50 juta ton dan penjualan dengan jumlah yang sama.
“Terhadap tekanan yang datang, kami lakukan diversifikasi supaya produksi dan penjualan kami tetap sesuai RKAB,” ungkap Arsal dalam konferensi pers PTBA yang digelar di Jakarta, Kamis (12/6/2025).
Langkah diversifikasi ini menjadi salah satu strategi PTBA dalam menghadapi ketidakpastian pasar, baik dari sisi harga maupun permintaan. Meski pasar global menunjukkan sinyal pelemahan, PTBA tetap berkomitmen mempertahankan stabilitas operasional dan keberlanjutan usaha.
Ke depan, pelaku industri batu bara tampaknya harus lebih adaptif terhadap dinamika global. Tanpa strategi efisiensi yang kuat dan diversifikasi pasar, tekanan terhadap kinerja perusahaan diperkirakan akan semakin berat.