Solo, FAKTIVA.TV – Benteng Vastenburg kembali menjadi lautan energi pada gelaran Rock In Solo 2025 yang digelar dua hari berturut-turut, Sabtu (22/11) dan Minggu (23/11). Festival yang sudah memasuki tahun ke-21 ini menghadirkan deretan sejarah baru—mulai dari kembalinya legenda black metal Mayhem hingga pertunjukan band-band cadas lintas generasi yang membuat ribuan penggemar tak berkedip.
Mayhem Kembali Menggetarkan Tanah Jawa
Salah satu momen paling spesial datang dari penampilan Mayhem, band black metal asal Oslo, Norwegia, yang kembali ke Indonesia setelah satu dekade. Kedatangan Attila Csihar dan rekan-rekannya terasa istimewa karena menjadi bagian dari perayaan 40 tahun perjalanan musikal mereka.
Sebelum naik panggung, Rock In Solo 2025 diselimuti suasana muram lewat pemutaran video dokumenter yang menampilkan arsip perjalanan Mayhem—termasuk cuplikan langka para personel lama. Tak lama setelah itu, panggung berubah gelap, dentuman intro menggelegar, dan Mayhem membuka ritual musikalnya melalui deretan lagu seperti Malum, Bad Blood, Milab, Psywar, Illuminate, dan Chimera.
Ribuan metalhead yang memenuhi area festival terlihat terpukau oleh aksi panggung mereka yang teatrikal, penuh atmosfer kelam khas Mayhem. Attila Csihar pun beberapa kali mengganti kostum untuk menambah intensitas visual. Lagu-lagu ikonis seperti My Death, Crystalized, Ancient Skin, Freezing Moon, Life Eternal, hingga DMDS membuat suasana semakin mencekam namun memukau.
Set list mereka ditutup dengan rangkaian nomor brutal Funeral Fog, Deathcrush, Chainsaw, Carnage, dan PFA, membawa penonton dalam perjalanan kegelapan selama lebih dari 90 menit yang tak terlupakan.
Benteng Vastenburg Bergemuruh Dua Hari Penuh
Rock In Solo 2025 tidak hanya menghadirkan Mayhem. Panggung juga diguncang aksi grup metal internasional lain seperti Stillbirth, Deez Nuts, dan Belphegor, yang menambah intensitas festival.
Band-band lokal pun menjadi tulang punggung festival ini. Mulai dari nama baru hingga band senior, semuanya mendapat kesempatan unjuk gigi di panggung Rock In Solo. Pada hari pertama, Libero membuka festival dengan energi tinggi, disusul aksi menggetarkan dari Engage In Vengeance, Innocent Voice, hingga Tendangan Badut yang membawa suasana liar namun menyenangkan.
Panggung XXI menjadi daya tarik tersendiri berkat desainnya yang memungkinkan penonton melakukan aksi khas dunia musik keras—mulai dari melompat, two-step, hingga crowd surfing. Tidak heran jika area ini tak pernah sepi dari sorakan dan energi panas para penggemar.
Dengan perpaduan band internasional dan lokal, tata panggung yang megah, serta antusiasme penonton yang luar biasa, Rock In Solo 2025 berhasil mempertahankan reputasinya sebagai salah satu festival musik cadas paling ikonik di Indonesia. Festival ini sekali lagi membuktikan bahwa semangat musik keras tidak pernah padam—justru semakin menyala dari tahun ke tahun.

