Makassar, FAKTIVA.TV – Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) akhirnya angkat bicara untuk meluruskan isu yang menyeret nama Mayjen TNI Achmad Adipati Karna Widjaja dalam polemik eksekusi lahan 16,4 hektar di Kota Makassar. Tuduhan bahwa Staf Khusus KSAD Jenderal TNI Maruli Simanjuntak itu membekingi salah satu pihak dalam proses eksekusi dinyatakan tidak benar.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Kolonel Inf Donny Pramono menegaskan bahwa kehadiran Achmad Adipati di Makassar sama sekali tidak ada kaitannya dengan sengketa lahan tersebut.
“Beliau berada di Makassar untuk urusan pribadi. Tidak hadir di lokasi sengketa, tidak mengikuti proses eksekusi, dan tidak terlibat dalam dinamika kasus itu,” tegas Donny. Ia memastikan bahwa kabar mengenai keterlibatan sang jenderal adalah informasi yang keliru.
Kadispenad juga menekankan bahwa TNI Angkatan Darat selalu menjunjung tinggi asas netralitas dalam setiap persoalan publik. “Setiap prajurit wajib bertindak sesuai aturan dan kewenangan yang berlaku,” ujarnya.
Sengketa Lahan Memanas, JK Angkat Suara
Di sisi lain, eskalasi konflik lahan antara pihak Hadji Kalla dan Gowa Makassar Tourism Development (GMTD) terus meningkat. Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) turut meninjau langsung area yang disengketakan di kawasan Tanjung Bunga, Makassar, pada Rabu (5/11/2025).
Saat berada di lokasi, JK tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Ia menyebut eksekusi lahan seluas 16,4 hektar oleh Pengadilan Negeri Makassar—yang dilakukan dua hari sebelumnya—sebagai tindakan yang tidak sah dan penuh kejanggalan. JK bahkan menuding adanya praktik mafia tanah dalam kasus tersebut.
Menurutnya, lahan itu telah dibeli Hadji Kalla sejak 1993 dari keturunan Raja Gowa. Namun keputusan pengadilan justru berpihak pada GMTD.
“Kalau begini, seluruh kota bisa dimainkan. Kalau tanah Hadji Kalla saja bisa dirampas, bagaimana dengan tanah orang lain?” ucap JK dengan nada geram.
Ia juga menegaskan bahwa historis lahan tersebut memang berada di wilayah Gowa sebelum masuk administrasi Makassar. “Ini tanah yang kami beli langsung dari anak Raja Gowa. Dulu wilayah ini milik Gowa, sekarang sudah masuk Makassar,” tambahnya.

