Semarang, FAKTIVA.TV – Sudah satu bulan berlalu sejak truk trailer yang dikendarai Ryan (28) terseret Kereta Api Harina di perlintasan sebidang Kaligawe, Semarang, Selasa (21/10/2025). Namun hingga kini, penyelesaian perkara antara perusahaan tempat Ryan bekerja dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) masih belum menemukan titik terang.
KAI telah mengajukan tuntutan kerugian, sementara status Ryan tetap sebagai saksi. Di tengah proses hukum yang berlarut, Ryan justru menghadapi situasi yang semakin sulit: ia belum bisa kembali bekerja dan tidak memiliki pemasukan untuk menafkahi keluarganya.
KAI Tuntut Kerugian Rp 106 Juta, Mediasi Mandek
Mengutip laporan TribunJateng, Ryan menyebut dirinya sudah dua kali menjalani pemeriksaan dan mengikuti mediasi antara KAI dan perusahaan transportasi tempat ia bekerja.
Dalam pertemuan tersebut, KAI membeberkan nilai kerugian yang mereka klaim akibat tabrakan itu.
“Pihak KAI menyampaikan kerugian sebesar Rp 106 juta. Perusahaan saya juga rugi besar karena truk rusak parah,” ujar Ryan.
Kerugian kedua pihak inilah yang menjadi perdebatan utama dan membuat proses mediasi berjalan lambat.
Sementara itu, truk yang rusak berat harus disita sebagai barang bukti, sehingga perusahaan kehilangan kendaraan operasional.
Terjebak Tak Bisa Kerja, Ryan Khawatir Nafkah Keluarga Terhenti
Kondisi truk yang hancur membuat perusahaan belum memiliki unit pengganti. Akibatnya, Ryan tak bisa kembali bekerja.
Sementara tanggung jawab untuk menghidupi istri dan anak tetap menunggu di rumah.
“Enggak ada pemasukan sama sekali. Saya bingung untuk kebutuhan sehari-hari,” keluhnya.
Ryan berharap proses ini lekas selesai agar bisa kembali mencari nafkah.
“Saya ingin masalahnya cepat selesai. Bisa kerja lagi, bisa menghidupi keluarga. Harapannya damai.”
Kronologi: Terjebak Banjir, Kemacetan, dan Tertutup Pandangan
Kecelakaan terjadi ketika wilayah Kaligawe kembali dilanda banjir akibat hujan deras. Ruas jalan yang tergenang dan proyek perbaikan yang belum rampung menyebabkan kemacetan parah.
Ryan yang berada di lajur kanan mengaku terhalang bus dan mobil kecil sehingga tidak bisa melihat palang.
“Saya enggak bisa lihat palang dari posisi itu. Jalan penuh, kendaraan padat. Saya berhenti tepat di atas rel tanpa tahu situasinya.”
Ia sudah terjebak lebih dari lima menit di atas rel sebelum peringatan kereta berbunyi. Ketika sirene akhirnya terdengar, gerak truk nyaris mustahil dilakukan.
Seorang relawan mencoba membantunya keluar dari jalur berbahaya, namun ruang manuver terlalu sempit.
“Begitu saya turun dari kabin, selisihnya cuma beberapa detik. Kereta langsung menghantam depan truk. Kalau saya telat lari, mungkin saya ikut kena.”
Harapan Ada Evaluasi Keamanan di Perlintasan Kaligawe
Selain memikirkan nasib pekerjaannya, Ryan juga berharap insiden ini menjadi evaluasi serius bagi sistem pengamanan perlintasan.
“Kalau macet panjang begitu, harusnya ada aba-aba tambahan dari penjaga palang. Dari banyak posisi, palang enggak kelihatan sama sekali.”
Situasi perlintasan padat dan rawan seperti Kaligawe dinilai berbahaya, terutama bagi kendaraan besar yang sulit bergerak cepat saat keadaan darurat.

